PENGELOLAAN KELAS

Standar

 

  1. A.    DEFINISI PENGELOLAAN KELAS

Beberapa definisi mengenai pengelolaan kelas menurut para ahli adalah sebagai berikut :

Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. (Dr. Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan siswa : 1987 : 68).

Pengelolaan kelas adalah kegiatan mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. (Pengelolaan belajar dan kelas, E. Komar dan Uus Rusnadi 1993 : )

Pengelolaan kelas adalah usaha dari pihak guru untuk menata kehidupan kelas yang dimulai daari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur dan sumber belajarnya, lingkungannya untuk memaksimalkan efesiensi, memantau kemajuan siswa dan mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul. (Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyar, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, 1992 : 113).

Jadi, dari beberapa definisi diatas bisa dsimpulkan bahwa tentang pengertian pengelolaan kelas, bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan yang terencana yang sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal, membangun iklim sosio-emosional yang positif serta menciptakan suasana hubungan interpersonal yang baik. Sehingga diharapkan proses belajar dan mengjar dapat berjalan secara efektif dan efesien, sehingga tercapai tujuan pembelajaran.

 

 

 

  1. B.     PERLUNYA STRATEGI PENGELOLAAN KELAS

Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diharapkan. Karena pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai evaluator. Sebagai tenaga profesional, seorang guru dituntut mampu mengelola kelas yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Menurut Amatembun (dalam Supriyanto, 1991:22) “Pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan dan mempertahankan serta mengembang tumbuhkan motivasi belajar untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan”. Sedangkan menurut Usman (2003:97) “Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif”. Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem pembelajaran yang mendasar, di antara sekian macam tugas guru di dalamkelas. Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi pengelolaan kelas sangat mendasar sekali karena kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi kegiatan mengelola tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan, indikatornya proses belajar mengajar berlangsung secara efektif.

B.     PERAN GURU DALAM STRATEGI PENGELOLAAN KELAS

Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai valuator.

a)   Guru Sebagai Demonstrator

Guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya hal ini dibuktikan apabila ada orang tua yang memberikan argumen yang berbeda dengan gurunya maka siswa tersebut akan menyalahkan argumen si orangtua dan membenarkan seorang guru. Guru adalah acuan bagi peserta didiknya oleh karena itu segala tingkah laku yang dilakukannya sebagian besar akan ditiru oleh siswanya. Guru sebagai demonstrator dapat diasumsikan guru sebagai tauladan bagi siswanya dan contoh bagi peserta didik.

b)   Guru Sebagai Evaluator

Evaluator atau menilai sangat penting adalah rangkaian pembelajaran karena setiap pembelajaran pada akhirnya adalah nilai yang dilihat baik kuantitatif maupun kualitatif. Rangkaian evaluasi meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi. Tingkat pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain :

– Mengetahui – Mengerti – Mengaplikasikan – Analisis – Sintesis (analisis dalam berbagai sudut) – Evaluasi

Manfaat evaluasi bisa digunakan sebagai umpan balik untuk siswa sehingga hasil nilai ini bukan hanya suatu point saja melainkan menjadi solusi untuk mencari kelemahan di pembelajaran yang sudah diajarkan. Hal -hal yang paling penting dalam melaksanakan evaluasi. Harus dilakukan oleh semua aspek baik efektif, kognitif dan psikomotorik. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan pola hasil evaluasi dan proses evaluasi. Evalusi dilakuakan dengan berbagai proses instrument harus terbuka

c) Guru Sebagai Pengelola Kelas

Manager memenage kelas, tanpa kemampuan ini maka performence dan karisma guru akan menurun, bahkan kegiatan pembeajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru Sebagai Pengelola Kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai pengelola kelas : Merancang tujuan pembelajaran mengorganisasi beberapa sumber pembelajaran Memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa. Ada 2 macam dalam memotivasi belajar bisa dilakukan dengan hukuman atau dengan reaward Mengawasi segala sesuatu apakah berjalan dengan lancar apa belum dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran

d)    Guru Sebagai Fasilitator

Seorang guru harus dapat menguasai benar materi yag akan diajarkan juga media yang akan digunakan bahkan lingkungan sendiri juga termasuk sebagai sember belajar yang harus dipelajari oleh seorang guru. Seorang siswa mempunyai beberapa kemampuan menyerap materi berbeda-beda oleh karena itu pendidik harus pandai dalam merancang media untuk membantu siswa agar mudah memahami pelajaran. Keterampilan untuk merancang media pembelajaran adalah hal yang pokok yang harus dikuasai, sehingga pelajaran yang akan diajarkan bisa dapat diserap dengan mudah oleh peserta didik. Media pembelajaran didalam kelas sangat banyak sekali macamnya misalkan torsu, chart maket, LCD, OHP/OHT, dll.

C.    PENGATURAN KELAS

Tugas utama guru adalah menciptakan suasana didalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan bersungguh-sungguh. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil tidaknya pengajaran, dalam arti tercapainya tujuan-tujuan intruksional, sangat bergantung kepada kemampuan mengatur kelas. Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai. Pengorganisasian kelas adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif, misalnya :

o Pengaturan penggunaan waktu yang tersedia untuk setiap pelajaran.

o Pengaturan ruangan dan perabotan pelajaran dikelas agar tercipta suasana yang menggairahkan dalam belajar.

o Pengelompokan siswa dalam belajar disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa itu sendiri.

D.    PENERAPAN SUATU SISTEM DALAM MENGELOLA KELAS

Mengelola kelas itu merupakan pembuatan  keputusan-keputusan yang direncanakan bukan keputusan-keputusan spontan yang diambil dalam keadaan darurat jika seorang guru, dalam keadaan marah dan prustasi menyuruh terhadap siswa kepada kepala sekolah dan disitu ditegur, mungkin  si guru telah tenang kembali merasa bahwa hukuman tersebut terlalu berat apabila telah terjadi lagi pelanggaran serupa oleh siswa lain haruskah guru berbuat seperti itu lagi? Jika demikian, ia bertindak tidak adil tetapi tidak bertindak demikian , ia tidak konsisten biasanya antisipasi terhadap timbulnya masalah-masalah dikelas akan menolong guru dari dilema-lema  seperti itu. Dasar dari pendekatan yaitu bahwa perilaku yang baik dikelas sebagian dapat dibentuk dengan cara memberikan ganjaran atau tidak.

1.      Teknik mendekati. Bila seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang biasanya efektif yaitu teknik mendekatinya. Kehadiran guru bisa membuatnya takut, dan karena itu dapat menghentikannya dari perbuatan yang disruptif , tanpa perlu menegur andai kata siswa mulai menampakan kecenderungan berbuat nakal, memindahkan tempat duduknya ke meja guru dapat berefek preventif.

2.      Teknik memberikan isyarat. Apabila siswa berbuat penakalan kecil, guru dapat memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi isyarat tersebut dapat berupa petikan jari, pandangan tajam, atau lambaian tangan.

3.      Teknik mengadakan humor. Jika insiden itu kecil, setidaknya guru memandang efek saja, dengan melihatnya secara humoristis, guru akan dapat mempertahankan suasana baik, serta memberikan peringatan kepada si pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan terjadi.

4.  Teknik tidak mengacuhkan. Untuk menerapkan  cara ini guru harus lues dan tidak perlu menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasus-kasus tertentu, tidak mengacuhkan kenakalan justru dapat membawa siswa untuk di perhatikan.

5.   Teknik yang keras. Guru dapat menggunakan teknik-teknik yang keras apabila ia di hadapkan pada perilaku disruptif yang jelas tidak terkendalikan. Contohnya mengeluarkannya dalam kelas.

6.    Teknik mengadakan diskusi secara terbuka. Bila kenakalan di kelas mulai bertambah, sering guru menjadi heran. ia lalu menilai kembali tindakan dan pengajarannya. untuk menjelaskan perbuatan-perbuaatan siswa-siswanya. Dan menciptakan suasana belajar yang sedikit lebih sesuai daripada sebelumnya.

7.   Teknik memberikan penjelasan tentang prosedur. Kadang-kadang masalah kedisiplinan ada hubungannya yang langsung dengan ketidakmampuan siswa melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Kesulitan ini terjadi apbila guru berasumsi bahwa siswa memiliki keterampilan, padahal sebenarnya tidak. masalah yang hampir sama yaitu masalah-masalah perilaku yang lazimnya berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang tidak biasa dikelas.

8.   Mengadakan analisis. Kadang-kadang terjadi hampir terus menerus berbuat kenakalan, guru dapat mengetahui masalah yang akan di hadapinya dan mengurangi keresahan siswanya.

9.  Mengadakan perubahan kegiatan. Apabila gangguan dikelas meningkat jumlahnya, tindakan yang harus segera di ambil yaitu mengubah apa yang sedang anda lakukan. Jika biasanya diskusi, maka ubahlah dengan memberikan ringkasan-ringkasan untuk dibaca atau menyuruh mereka membaca buku-buku pilihan mereka.

10.  Teknik menghimbau. Kadang-kadang guru sering mengatakan, “harap tenang”. Ucapan tersebut adakalanya membawa hasil; siswa memperhatikannya. Tetapi apabila himbauan sering digunakan mereka cenderung untuk tidak menggubrisnya.

Sumber:

http://bangakil.wordpress.com/2012/04/26/definisi-pengelolaan-kelas/
http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/makalah-pengelolaan-kelas.html

Rangkuman BAB 3 buku Teori Belajar dan Pembelajaran tentang teori kognitif. Kegiatan belajar 2: Model Teori Belajar Bruner Dan Ausubel

Standar

Nama buku         : TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Penulis                 : Prof. Dr. Udin S. Winataputra, dkk

Penerbit              : Universitas Terbuka

Tahun Terbit      : 2007

 

Rangkuman BAB 3 buku Teori Belajar dan Pembelajaran tentang teori kognitif.

Kegiatan belajar 2: Model Teori Belajar Bruner Dan Ausubel

 

  1. a.       Prinsip-prinsip belajar Bruner

       Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi kognitif yang member dorongan agar pendidikan member pada pentingnya pengembangan berfikir.

       Bruner tidak menggunakan teori belajar yang sistematis. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia adalah pemroses, pemikir, dan pencipta informasi. Oleh karena itu. Yang terpenting dalam belajar adalah cara – cara bagaimana seseorang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi yang diterimanya secara aktif.

       Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu :

  1. Proses perolehan informasi baru.

Perolehan informasi bisa didapat dengan cara membaca, mendengarkan guru,melihat dll.

  1. Proses mentransformasikan informasi yang diterima

Proses transformasi pengtahuan merupakan suatu proses bagaimana kita memerlukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan. Informasi yang diterima dianalisis, diproses, atau diubah menjadi konsep yang lebih abstrak agar suatu saat dapat dimanfaatkan.

  1. Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan

Pada tahap ini agar dapat bermanfaat untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.

 

       Selanjutnya, agar proses belajar lancar menurut Bruner didalam bukunya proses of education ada tiga factor yang sangat ditekankan dan harus menjadi perhatian para guru di dalam penyelenggaraan pembelajaran, yaitu :  a) pentingnya memahami struktur mats pelajaran, b)pentingnya belajar aktif supaya seseorang dapat menemukan sendiri konsep-konsep sebagai dasar untuk memahami dengan benar,dan c) pentingnya nilai dari berfikir induktif.

 

  1. b.      Model pengembangan kurikulum

       Pandangan Bruner tentang pentingnya pengembangan berpikir dalam proses pendidikan telah menghasilkan rekomendasi perlunya perancangan kembali kurikulum untuk mengembangkan keterampilan berpikir (Bell Gedler;hal 65). Bruner mengemukakan perlu adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas dalam rangka mengembangkan keterampilan berfikir.

 

       Agar pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual anak maka materi pembelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan tahap perkembangan kognitif anak  yang meliputi tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.

  1. c.       Pendekatan model belajar Bruner

       Pendekatan model belajar Bruner ini didasarkan pada dua asumsi, yaitu :

  1. Perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Artinya, pengetahuan akan diperoleh orang yang belajar bila di dalam pembelajaran yang bersangkutan berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya.
  2. Orang mengkonstruksikan pengetahuannya dengan cara menghubungkan informasi yang tersimpan yang telah diperoleh sebelumnya. Dalam belajar hal-hal yang mempunyai kemiripan dihubungkan menjadi suatu struktur yang member arti.

 

  1. d.      Belajar penemuan dari Bruner, manfaat, dan contoh penerapan dalam pembelajaran

       Belajar penemuan merupakan salah satu model pembelajaran atau belajar kognitif yang dikembangkan oleh Bruner (1966). Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Bruner yakin bahwa belajar penemuan adalah proses belajar di mana guru harus menciptakan situasi belajar yang problematic, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa mencari jawaban sendiri, dan ,melakukan eksperimen.

       Saat ini model beljar penemuan menduduki peringkat atas dalam dunia pendidikan modern. Satu yang banyak diterapkan dalam pembelajaran di Indonesia adalah konsep belajar siswa aktif atau cara belajar siswa aktif ((CBSA). Dalam menerapkan model belajar seperti ini, seorang guru dianjurkan untuk tidak member materi pelajaran secara utuh. Siswa cukup diberikan konsep utama, untuk selanjutnya siswa dibimbing agar dapat menemukan sendiri sampai akhirnya dapat mengorganisasikan konsep secara utuh.

 

  1. e.      Belajar bermakna dari Ausubel

       David Ausubel banyak mencurahkan perhatiannya pada pentingnya mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna dan belajar verbal yang dikenal dengan expository learning. Pandangan Ausubel tentang  belajar sangat bertentangan dengan para ahli psikologi kognitif lainnya, yaitu Bruner dan Piaget. Menurut Ausubel, pada dasarnya orang memperoleh pengetahuan melalui penerimaan, bukan melalui penemuan. Konsep-konsep, prinsip, dan ide-ide yang disajikan pada siswa akan diterima oleh siswa.

       Belajar bermakna akan terjadi apabila informasi yang baru diterima siswa mempunyai kaitan erat dengan konsep yang sudah ada atau diterima sebelumnya dan tersimpan dalam struktur kognitifnya. Informasi ini baru ini juga dapat diterima atau dipelajari siswa tanpa menghubungkan dengan konsep atau pengetahuan yang sudah ada. Cara belajar seperti ini disebut belajar menghapal.

 

  1. f.        Klaasifikasi belajar Ausubel dan cara pengajarannya

       Ausubel mengklasifikasikan makna belajar ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara bagaimana informasi atau materi pelajaran disajikan siswa, apakah melalui penerimaan atau melalui penemuan. Belajar menurut dimensi ini diperoleh melalui pemberian informasi dengan cara dikomunikasikan kepada siswa dalam bentuk belajar penerimaan dan menyajikan informasi itu dalam bentuk final. Cara kedua, berhubungan dengan bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi yang diterima dengan struktur kognitif yang sudah dimilikinya. Dalam hal ini siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi yang diterima dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Itulah yang dikatakan belajar bermakna.

  1. g.       Struktur kognitif

       Struktur kognitif didefinisikan sebagai struktur organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsure-unsur pengetahuan yang terpisah ke dalam suatu unit konseptual. Struktur kognitif berisi konsep-konsep yang telah tersusun secara hierarki dan tetap berada dalam kesadaran siswa. konsep yang paling inklusif terletak diatas lalu berangsur-angsur pada konsep yang spesifik sampai pada yang akhir.

 

  1. h.      Penerapan belajar bermakna

       Ini teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna (meaningful learning. Belajar bermakna merupakan suatu proses untuk mengkaitkan informasi baru dengan konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

       Dalam perkembangannya, belajar bermakna dapat diterapkan melalui berbagai cara pengajaran, misalnya pengajaran dengan menggunnakan peta konsep.

       Penerapan peta konsep dalam pembelajaran dapat dilakukan untuk menguji dan mengetahui penguasaan siswa terhadap pokok materi yang akan diberikan, serta untuk mengetahui konsep esensial apa saja yang perlu diajarkan.

083813647270  

ingin belajar dan sharing lagi dengan saya hub 083813647270 atau di twitter btc_ikhsan bisa juga di jaring sosial FB muhammad ikhsan hidayat

nb: dapatkan buku “KULIAH!BUAT APA?”

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK

Standar

 

  1. A.     Pengertian

            Pembelajaran konstruktivistik adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman. Dalam proses belajarnya pun, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Yang terpenting dalam teori konstruktivistik adalah bahwa dalam proses pembelajaran siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukannya guru atau orang lain. Peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan karena kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.

 

Pembentukan pengetahuan menurut model konstruktivisme memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi (Piaget,1988:60).

            Belajar lebih diarahkan pada experiental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sejawat, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada pebelajar. Belajar seperti ini selain berkenaan dengan hasilnya (outcome) juga memperhatikan prosesnya dalam konteks tertentu. Pengetahuan yang ditransformasikan diciptakan dan dirumuskan kembali (created and recreated), bukan sesuatu yang berdiri sendiri. Bentuknya bisa objektif maupun subjektif, berorientasi pada penggunaan fungsi konvergen dan divergen otak manusia ( Semiawan, 2001: 6 ).

            Pengetahuan dalam pengertian konstruktivisme tidak dibatasi pada pengetahuan yang logis dan tinggi. Pengetahuan di sini juga dapat mengacu pada pembentukan gagasan, gambaran, pandangan akan sesuatu atau gejala sederhana. Dalam konstruktivisme, pengalaman dan lingkungan kadang punya arti lain dengan arti sehari-hari. Pengalaman tidak harus selalu pengalaman fisis seseorang seperti melihat, merasakan dengan indranya, tetapi dapat pula pengalaman mental yaitu berinteraksi secara pikiran dengan suatu obyek (Suparno, 1997 : 80). Dalam konstruktivisme kita sendiri yang aktif dalam mengembangkan pengetahuan.

 

  1. B.     Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik

1. Proses belajar konstruktivistik

Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui prosesnya asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pangetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas. Pemberian makna terhadap objek dan pengalaman oleh individu tersebut tidak dilakukan secara sendiri-sendiri oleh siswa, melainkan melalui interaksi dalam jaringan sosial, yang unik yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun di luar kelas. Oleh sebab itu pengelolaan siswa dalam memperolah gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan siswa dan lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya yang dikaitkan dengan sistem penghargaan dari luar seperti nilai, ijasah, dan sebagainya.

 

 

2. Peran Siswa

Menurut pandangan kontruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagian terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendala belajar sepenuhnya ada pada siswa.

Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh karena itu meskipun kemamuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.

 

3. Peranan Guru

Dalam belajar kostruksi guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa untuk membentuk pengetahuaanya sendiri. Guru dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemampuannya.

Peranan guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendali, yang meliputi;

1) Menumbuhkan kamandirian dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak.

2) Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa.

3) Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa mempunyai peluang optimal untuk latihan.

            Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan dan fasilitas lainnya.

 

4. Sarana belajar

Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikiranya tentang sesuatu yang dihadapinya. Untuk menyampaikan pengalaman yaitu menyajikan bahan kepada murid-murid yang sekiranya tidak mereka peroleh dari pengalaman langsung. Ini dapat di lakukan dengan melalui film, TV, rekaman suara, dan lain-lain. Hal ini merupakan pengganti pengalaman yang langsung.

5. Evaluasi

Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.

 

  1. C.      Karakteristik perspektif konstruktivistik

Beberapa karakteristik yang merupakan prinsip dasar prespektif kontruktivistik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

  1. Mengembangkan strategi alternatif untuk memperoleh dan menganalisis informasi.
  2. Dimungkinkannya prespektif jamak dalam proses belajar.
  3. Peran siswa utama dalam proses belajar, baik dalam mengatur atau mengendalikan proses berfikirnya sendiri maupun ketika berinteraksi dengan lingkungannya.
  4. Peran pendidik atau guru lebih sebagai tutor, fasilitator, dan mentor untuk mendukung kelancaran dan keberhasilan proses belajar siswa.
  5. Pentingnya kegiatan belajar dan evaluasi belajar yang otentik.

 

 

Sumber referensi :

belajar dan pembelajaran/teori belajar konstruktivistik/pendidikan.html

belajar dan pembelajaran/teori belajar konstruktivistik/teori-belajar-konstruktivistik.html

winataputra, Udin S.(2007).teori belajar dan pembelajaran. Jakarta : Penerbitan Universitas Terbuka

 

 

083813647270  

ingin belajar dan sharing lagi dengan saya hub 083813647270 atau di twitter btc_ikhsan bisa juga di jaring sosial FB muhammad ikhsan hidayat

nb: dapatkan buku “KULIAH!BUAT APA?”

Perbedaan Model Pembelajaran, Metode Pembelajaran, dan Pendekatan pembelajaran

Standar

Model Pembelajaran

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

 

model pembelajaran sama juga dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku.

Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

  1. 1.      Metode pembelajaran ceramah

Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.

  1. 2.      Metode pembelajaran diskusi

Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).

Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.

  1. 3.      Metode pembelajaran demontrasi

Metode pembelajaran demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.

  1. 4.      Metode Pembelajaran Ceramah Plus

Metode pembelajaran ceramah plus adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya. Ada tiga macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu:
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)

  1. 5.      Metode Pembelajaran Resitasi

Metode pembelajaran resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri.

  1. 6.      Metode pembelajaran eksperimental

Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya.

  1. 7.      Metode Study Tour (Karya wisata)

Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.

  1. 8.      Metode latihan keterampilan (drill method)

Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar dengan memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.

  1. 9.       Metode pembelajaran beregu

Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya,setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut

  1. 10.  Metode Peer Theaching

sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.

  1. 11.  Metode problem solving (metode pemecahan masalah)

Metode problem solving bukan hanya sekadar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebabdalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan.
Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir danmenggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan olehsiswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencobamengeluarkan pendapatnya.

  1. 12.  Project Method

Project methode adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan meminta peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.

  1. 13.  Teileren Method

Teileren methode yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian,misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentusaja berkaitan dengan masalahnya
14. Metode Global

Methode global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisaridari materi tersebut.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Sumber :
METODE PEMBELAJARAN >> Macam-Macam Metode Pembelajaran | belajarpsikologi.com

http://belajarpsikologi.com/pengertian-model-pembelajaran/
http://belajarpsikologi.com/macam-

Muhammad ikhsan hidayat
Bintang  Training Center (BTC) Generation
083813647270

PERANAN SOSOK ORANG TUA

Standar


Sahabat bintang, ini sebuah renungan bagi kita semua khusunya bagi sahabt yang masih mempunyai kedua orang tua lengkap yaitu ayah dan ibu nya. Patut kita sadari perjuangan mulia mereka sampai sekarang untuk membesarkan kita mulai dari lahir hingga saat ini tidak lepas dari keringat orang tua selama ini. Begitu besar pengabdian mereka, ibu yang selalu mengayomi, mendidik, mengarahkan, bahkan rela setiap hari, siang, malam memikirkan anak-anaknya untuk lebih baik. begitupun dengan sosok seorang ayah yang tiap hari pergi pagi pulang petang bukan berarti dia tidak sayang kepada anaknya, bahkan demi anaknya sekolah mengais pendidikan yang layak beliau rela banting tulang mencari nafkah untuk keluarga. Ini sosok mereka.

 


satu pasang orang tua bisa menyayangi 10 anak-anaknya rela berkorban sekali pun itu nyawanya, tapi belum tentu 1 anak bisa menyayangi penuh seperti mereka. Kisah ini sangat menggugah hati saya ketika salah seorang peserta training yang menceritakan kisah dirinya bersama orang tuanya. Bahkan dia juga bepesan kepada kita bahwa selama masih ada orang tua kita sayangi dulu mereka jangan sampai menyesal jika mereka sudah tiada bahkan beliau juga berpesan yang sangat mendalam.

“jangan membuat mereka menangis karena kegagalan kita tapi buatlah mereka menangis karena karya dan prestasi kita”

kata-kata ini yang menggugah dan membuat bangkit dari setiap kemalasan yang ada, ketidak mauan untuk berubah,bangkit akan tetapi dengan pesan ini motivasi muncul seperti halnya mobil yang sudah habis bensinya dan diisi kembali denga bensin yang full.

terimakasih untuk sahabat yang selalu mengingatkan…

 

 

Muhammad ikhsan hidayat 
Bintang  Training Center (BTC) Generation
085222018851

MAHASISWA OH MAHASISWA…..DAN INI KAMI.

Standar

Gambar
Sahabat bintang  ada yang mesti kita renungkan dan evaluasi sebagai mahasiswa umumnya atau pun CAMA (Calon Mahasiswa_^) apa itu?

 

teringat kata-kata ibu yang mengasuh dan mendidik anak-anak yatim piatu bahwasannya mahasiswa adalah tiang pondasi bangsa, generasi  muda yang akan menjadi pemimpin bangsa kelak nanti alangkah sedihnya jika tiang pondasi bangsa ini hanya mementingkan dirinya sendiri atau sekelompok orang setelah keluar dari yang namanya UNIVERSITAS.

 

 

di sisi lain juga saya dapatkan keluhan dari tiang pondasi bangsa itu sendiri (mahasiswa). Tidak jauh seperti ini mereka keluhkan.

 

hmmm… aduh saya salah jurusan ntar kedepannya saya mau kerja apa dan dimana?”“jadi mahasiswa gini-gini amat banyak waktu yang kosong klau kuliah mana dosennya jarang masuk” atau ada keluhan seperti ini

 

“ya…kuliah itu ibarat air mengalir aja tidak perlu melawan arus cape-cape seperti ikut kegiatan-kegiatan kampus”

 

waw….ini yang mesti dievaluasi, wahai sahabat. Yang pasti permasalahan diatas jangan terjadi pada diri kita dan kabar gembiranya sahabat bintang jika sahabat salah satu mahasiswa yang peduli dari kejadian diatas dan mau menjadi tiang pondasi bangsa dari detik ini kita belajar dan ungkap semua tentang kuliah di dalam….

 

TRAINING KULIAH!! BUAT APA??

 

materi yang akan sahabat dapat juga garis besarnya yaitu:

 1.  Bagaimana menjadi mahasiswa luar biasa dari berbagai bidang

 2.  Mengetahui potensi dan mengoptimalkannya

 3.  Menciptakan motivasi yang stabil

 4.  Mengungkap paradigma kuliah

 5.  Menjadi mahasiswa yang special dan unggul

 6.  Membongkar paradigma tentang kuliah

 7.  Dsb

 

Itu bagian dari materi yang akan sahabat dapatkan masih ada lagi yang akan sahabat dapatkan selain yang dijelaskan diatas.

 

bagi sahabat bintang dimana pun anda berada, sekolah, organisasi, universitas,dsb

jika sahabat berminat mengadakan training ini bisa lihat di proposal KULIAH!! BUAT APA?? disini. lebih lengkapnya.

 

Standar

doa“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

kalimat ini yang ada di dalam Al-Quran surat Ar-rahman dan terus berulang-ulang ditanyakan kepada kita sebanyak 31 kali. Patut kita sadari,bisa jadi kita terlena dengan nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita tanpa pernah bersyukur.

kita punya tangan yang bergerak bisa mengambil benda, mata yang bisa melihat berkedip setiap saat tanpa pernah diperintah oleh kita, kaki yang bisa berjalan kemana pun kita mau, udara yang bisa kita hirup melewati hidung nikmatnya tidak terbayar juga bisa mencium aroma hidangan yang membuat perut merasa terpanggil.

jika seandainya nikmat Allah dicabut dalam diri kita, apa yang akan terjadi?

ok.jangan dulu dicabut terlalu cepat, kita ganti saja. Allah menahan dulu sementara nikmat yang ada pada diri kita. contohnya tangan. selama ini kita tidak sadar bahwasanna tangan kita ada dan kita rasa. merasa tangan  ada ketika tangan itu Allah beri rasa sakit dan kita akan merasa juga berkata, “sakit tangan.” Tangan yang setiap waktu beraktifitas sebagaimana mestinya nikmat tangan Allah pending. biasanya makan dengan tangan kanan, menulis dengan tangan,memberi dengan tangan kanan,mengendarai pakai tangan kanan,semua aktifitas yang berhubungan dengan tangan kanan Allah pending nikmat itu dengan diberinya rasa sakit pada sikut. sehingga untuk beraktifitas pun susah. Serba terganggu karena rasa sakit yang dirasa.

maka benar jika Allah sayang kepada kita dan selaui mengingatkan agar tidak terlena dengan nikmat-Nya.

dengan kalimat, “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

naudzubillah jika kita kufur nikmat.

lalu bagaimana cara kita mensyukurinya selain dengan ucapan hamdalah?

bagi anda yang sehat dan masih diberi nikmat oleh-Nya patut bersyukur dengan menggunakan fasilitas pemberian-Nya dengan baik. Tangan selagi sehat gunakan aktifitas yang baik dengan sedekah,tidak jail,tidak mengsmbil hak orang,mata yang bisa melihat pergunakan kepada hal-hal baik dan benar, kaki yang bisa berjalan langkahkan ke tempat yang tidak mengundang maksiat, dan begitupun anggota tubuh lainnya. Kenapa? karena sedikit-demi sedikit seiring berjalannya waktu nikmat yang Allah berikan kepada kita akan diambil kembali dengan berjalannya usia. ketika Allah mem-pending nikmat pada kita ketika itu Allah menegur dan memperingati kita.

sahabat mu,

muhammad ikhsan hidayat

083813647270  

ingin belajar dan sharing lagi dengan saya hub 083813647270 atau di twitter btc_ikhsan bisa juga di jaring sosial FB muhammad ikhsan hidayat

nb: dapatkan buku “KULIAH!BUAT APA?”